PENGAWETAN BAMBU DENGAN MENGGUNAKAN LARUTAN BORAKS BORIKS

Authors

  • Naomi Yacob Tumonglo Program Studi Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa
  • Ridwan Ridwan Program Studi Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa
  • Nur Ainy Program Studi Kimia, Fakultas Teknik, Universitas Bosowa

Keywords:

Bambu petung, karakteristik, pengawetan, konsentrasi, boraks, bor

Abstract

Bambu adalah bahan alami yang bersifat organik. Tanpa perlakuan tertentu untuk melindunginya, daya tahan bambu akan kurang dari tiga tahun. Sehubungan dengan masalah tersebut diperlukan adanya cara untuk meningkatkan daya tahan bambu terhadap organisme perusak. Penelitian ini bertujuan mengawetkan bambu untuk memperpanjang masa pakai bambu dengan menggunakan larutan boraks boriks dan menentukan konsentrasi optimum larutan boraks boriks serta menentukan karakteristik bambu hasil pengawetan. Penelitian dilaksanakan dengan merendam bambu petung yang telah dipotong-potong sepanjang 30 cm pada ember berukuran 18 L yang berpenutup. Pada pembuatan larutan pengawet dibuat variasi konsentrasi berat boraks boriks yaitu 5:10, 10:5, 5:7, 7:5 dan 5:5 dengan volume air 10 L. Perendaman bambu dengan bahan pengawet dilakukan selama satu minggu. Setelah direndam dengan bahan pengawet, bambu dikeringkan dengan cara dijemur selama satu minggu, tidak berhubungan langsung dengan tanah dan matahari untuk mencegah bahan pengawet terurai dengan tanah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa konsetrasi optimum larutan boraks boriks adalah dengan perbandingan bahan pengawet 10:5 & 7:5 diperoleh kadar air 6,74% & 8,78%, kadar selulosa 40,59% dan 43,78%

References

Aini, N. Anita & Morisco. 2009. Pengaruh Pengawetan Terhadap Kekuatan dan Keawetan Produk Laminasi Bambu, Tesis, Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Andalusia, T. S. 1984. Pengaruh Perendaman dalam Lumpur terhadap Serangan Rayap Kayu Kering Cryptotermes Cynocephalus Light dan Perubahan Komposisi Kimia pada Bambu. Skripsi Fakultas Kehutanan IPB, Bogor. (Tidak Terbit).

Becker, H. 1976. Concerning Termites and Woods. Unsylva 18 (111):2 – 11.

Berlian, N dan Rahayu, E. 1995. Jenis Dan Prospek Bisnis Bambu. Penebar Swadaya. Jakarta.

Barly. 2005. Catatan Penelitian Bambu di Pusat Litbang Teknologi Hasil Hutan, Prosiding Seminar Nasional Perkembangan Perbambuan di Indonesia. Perbindo Yogyakarta.

Chesson, A. 1981. Effects of sodium hydroxide on cereal straws in relation to the enhanced degradation of structural polysaccharides by rumen microorganisms. J. Sci. Food Agric. 32:745–758

Dransfield, S. dan E. A. Widjaja (Editor). 1995. Plant Resources of South-East Asia No.7 : Bambus. Backhuys Publisher. Leyden.

Darupratomo, MT, Ir. 2008. Pengaruh Proses Pengawetan Bambu Terhadap Karakteristik Bambu Sebagai Bahan Bangunan. Yogyakarta. Susanti, Eka. 2001. Pengawetan Bambu Tali (Gigantochloa apus Kuz) dengan menggunakan metode Boucherie. Jurusan Teknologi Hasil Hutan, Fakultas Kehutanan,

Institut Pertanian Bogor.

Frick, Heinz. 2004. Ilmu Konstruksi Bangunan Bambu Pengantar Konstruksi Bambu . Yogyakarta. Kanisius

Garland, Linda. 2003. Vertical Soak Diffusion – Cara Mengawetkan Bambu. Environmental Bambu. Fondation: Bali

Jannsen. 2008. Bambu as Building Material.

Microsoft Encarta

Krisdianto, Ginuk Sumarni dan Agus Ismanto. 2004. Sari Hasil Penelitian Bambu. (Online). (http://www.dephut.go.id/INFORMASI/litbang

/teliti/bambu.htm diakses tanggal 17 Januari 2015)

McClure, F. 1966. The Bamboos A Fresh Perspective. Cambridge : Harvard University Press.

Nandika, D., J. R. Matagaran dan I. G. K. T. Darma. 1994. Keawetan dan Pengawetan Bambu dalam Widjaya et al.

Orina, M. M. 2010. Karakteristik Papan Serat Berkerapatan Sedang dari Pulp Bambu Betung Melalui Proses Chemical Mechanical Pulping (CMP). Skripsi Universitas Sumatera Utara.

Purwito. 2008. Standarisasi Bambu Sebagai Bahan Bangunan Alternatif Pengganti Kayu. Prosiding PPI Standarisasi.

Sallata, M. K. 1998. Potensi dan Pola Pengembangan Mangrove di Sualwesi Selatan. EBONI, Vol. 3 No. 2. BPK Ujung Pandang.

Tambunan, B dan D. Nandika. 1989. Deteriosasi Kayu oleh Faktor Biologis. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi. Pusat Antar Universitas Bioteknologi IPB.

Taurista, Antonia Yulian dkk.2004. Komposit Laminat Bambu Serat Woven Sebagai Bahan Alternatif Pengganti Fiber Glass Pada Kulit Kapal.ITS, Surabaya

Yap, F. 1967. Bambu Sebagai Bahan Bangunan. Lembaga Penyelidikan Masalah Bangunan. Bandung

Widya. 2006. “Bambu Indonesia”. Tersedia pada bamboeindonesia. Wordpress.com (diakses pada tanggal 17Januari 2015)

Published

2021-10-16