Penerapan Arsitektur Neo-Futuristik pada Perancangan Stasiun Kereta Api Parangloe di Kota Makassar
Kata Kunci:
: Stasiun Kereta Api Parangloe, Stasiun Kelas Besar, Prinsip, Neo-Futuristik, Desain IkonisAbstrak
Kemajuan infrastruktur perkeretaapian di Pulau Sulawesi ditandai dengan pembangunan jalur kereta api Makassar – Parepare sebagai tahapan pertama dalam megaproyek kereta api Trans - Sulawesi. Dalam hal ini Kota Makassar berperan sebagai pusat pemerintahan dan perekonomian di Sulawesi Selatan, kota ini memiliki populasi penduduk terbanyak dengan pertumbuhan industri yang pesat. Hadirnya sarana transportasi baru yang lebih cepat dan efisien bertujuan untuk membantu mempercepat laju pertumbuhan ekonomi serta menjawab kebutuhan angkutan orang dan barang yang semakin meningkat. Untuk menunjang kelancaran operasional kereta api di Kota Makassar direncanakan Stasiun Parangloe sebagai stasiun penumpang kelas besar yang menjadi tempat pemberhentian kereta api, naik dan turun penumpang serta bongkar muat barang. Selain itu stasiun kereta api juga dapat berfungsi sebagai pusat aktivitas perekonomian dan budaya masyarakat di sekitar. Arsitektur neo-futuristik merupakan gerakan pembaharuan yang menunjukkan idealisme akan masa depan yang lebih baik melalui pemanfaatan hal-hal baru, meskipun demikian unsur yang menunjukkan identitas daerah tetap dihadirkan agar tetap relevan seiring perkembangan zaman. Penerapan neo-futuristik dalam desain mencakup pengolahan bentuk yang artistik dan imajinatif, perancangan berbasis ketepatan, penggunaan material dan teknologi konstruksi baru, desain yang ikonis, penekanan nihilisme dalam ruang, penerapan desain yang ramah lingkungan dan efisiensi energi. Melalui pendekatan arsitektur neo-futuristik dihadirkan desain bangunan stasiun yang ikonis sebagai identitas kota Makassar sekaligus dapat menjadi kebanggaan masyarakatnya, serta dengan tetap mengutamakan fungsi stasiun untuk memenuhi kebutuhan operasional perkeretaapian sesuai standar yang berlaku di Indonesia.